BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan
proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu
menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Matematika merupakan ilmu pengetahuan
yang sangat berguna dalam menyelesaikan permasalahan kehidupan sehari-hari dan
dalam upaya memahami ilmu pengetahuan lainnya. Matematika adalah ilmu yang
mempunyai objek berupa fakta, konsep dan operasi serta prinsip. Materi tertentu
dalam matematika bisa merupakan prasarat untuk menguasai materi matematika
yang lain, bahkan untuk pelajaran yang lain. Namun banyak kendala dalam proses
pemahaman karena matematika abstrak. Peserta didik sulit untuk memahami materi
matematika.
Sering kali siswa mengalami kesulitan dalam memahami
soal-soal matematika dalam bentuk cerita, terlalu banyaknya bacaan dan kurang
ringkas/terlalu berbelit-belit mengakibatkan siswa menjadi malas untuk membaca
soal cerita tersebut. Hal ini berdampak pada hasil tes belajar mereka, karena
malas membaca soal tersebut. Dampak kesulitan ini dapat mengakibatkan rendahnya
hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika yang khusunya pada soal-soal
dalam bentuk soal cerita. Dengan demikian perlu ditemukan strategi atau metode
yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut bahkan dapat meningkatkan kemampuan
dan minat siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika dalam bentuk cerita.
Salah satu metode yang tepat unutuk diterapkan dalam konsep tersebut adalah
Cooperative Integred Reading Composition ( CIRC). Karena CIRC Kegiatan pokok dalam CIRC adalah memecahkan soal cerita
melalui rangkaian kegiatan kelompok.
B.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Model Pembelajaran CIRC?
2. Apa tujuan dari CIRC?
3. Bagaimanakah Langkah – langkah yang harus dilakukan
untuk melaksanakan Model Pembelajaran CIRC?
4. Bagaimankah Proses pengembangan CIRC ?
5. Apakah unsur-unsur program CIRC?
C.
Tujuan Penulisan
1. Mendiskripsikan mengenai Model Pembelajaran CIRC
2. Mendiskripsikan mengenai tujuan CIRC
3. Mendiskripsikan mengenai Langkah – langkah Model
Pembelajaran CIRC
4. Mendiskripikan Proses pengembangan CIRC
5. Mendiskripsikan unsur-unsur program CIRC
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Pembelajaran CIRC
(Slavin,104:1995) menyebutkan walaupun metode-metode pembelajaran kooperatif telah diteliti
dan digunakan
dalam berbagai mata pelajaran, membaca dan menulis jelas tidak tersentuh oleh penelitian ini. Cooperative
learning membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya. Bagian ini menggambarkan dasar
pemikiran, pengembangan, dan evaluasi dari Cooperative Integrated Reading
and Composition (CIRC).
Walaupun metode-metode pembelajaran
cooperative telah diteliti dan digunakan dalam berbagai mata pelajaran, dua dari mata pelajaran dalam kurikulum sekolah
dasar-membaca dan menulis
jelas tidak tersentuh oleh penelitian ini.bagian ini menggambarakan
dasar pemikiran, pengembangan, dan evaluasi dari CIRC, sebuah program yang komprehensif untuk mengajari pelajaran
membaca, menulis, dan seni berbahsa para kelas yang lebih
tinggi disekolah dasar. pengembangan
CIRC, yang
secara simultan difokuskan
pada kurikulum dan pada metode-metode pengajaran merupakan
sebuah upaya untuk menggunakan pembelajaran kooperatif sebagai sarana untuk memperkenalkan teknik terbaru latihan-latihan
kurikulum yang berasal terurama dari penelitian dasar mengenai pengajaran
praktis pelajaran menbaca dan menulis. Pendekatan pembelajaran kooperatif
mengikuti penemuan pada penelitian sebelumnya, menekankan tujuan
tujuan kelompok dan tanggung
jawab individual.
Jadi, CIRC merupakan suatu
program komprehensif untuk pengajaran membaca dan menulis pada kelas-kelas
tinggi sekolah dasar dan sekolah menengah pertama (Maden, Stevens, &
Slavin, 1986).
2. Tujuan
CIRC
Tujuan utama
dari CIRC adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu peserta didik mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas. Para peserta didik dalam CIRC juga
membuat penjelasan terhadap prediksi mengenai bagaiman masalh – masalah akan
diatasi dan merangkum unsur – unsur utama dari cerita kepadasatu sama lain,
yang mana keduanya merupakan kegiatan-kegiatan yang ditemukan dapat
meningkatkanpemahaman dalam membaca .
Selain itu, tujuan
utama dari para pengembang program CIRC terhadap pelajaran menulis dan seni berbahasa adalah untuk
merancang, mengimplementasikan, dan mengevaluasi pendekatan proses
menulis pada pelajaran menulis dan seni berbahasa yang akan banyak memanfaatkan
kehadiran teman satu kelas.
3. Langkah-Langkah
Model Pembelajaran CIRC
Kooperatif
terpadu membaca dan menulis (STEVEN & SLAVIN, 1995)
Langkah-langkah :
1. Membentuk kelompok yang
anggotanya 4 orang secara heterogen
2. Guru memberikan wacana/kliping
sesuai dengan topik pembelajaran
3. Peserta didik bekerja sama
saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap
wacana/kliping dan ditulis pada selembar kertas
4. Mempresentasikan/membacakan
hasil kelompok
5. Guru membuat kesimpulan
bersama
6. Penutup
4. Proses Pengembangan CIRC
Sebagai
tambahan,pengembangan CIRC dihasilkan dari sebuah analisis masalah-masalah
tradisional dalam pengajaran pelajaran membaca, menulis, seni berbahasa. Isu-isu prinsipil yang ditujukan
dalam proses pengembangan dibahas didalam bagian berikutnya (lihat
Steven,Madden,Slavin,dan Farnish,1987).
a) Tindak lanjut.
Sebuah fitur yang bersifat hampir selalu universal
dari pengajaran membaca adalah penggunaan kelompok membaca yang terdiri atas
para siswa dengan tingkat kinerja yang sama.
Dasar pemikiran utama untuk penggunaan kelompok dengan kemampuan homogen dalam
pelajaran membaca adalah bahwa para siswa perlu memiliki materi-materi yang
sesuai dengan tingkat kemampuan mereka. Akan tetapi, penggunaan kelompok membaca
menimbulkan sebuah masalah: Apabila guru sedang mengajarkan satu kelompok
membaca, siswa-siswa lain didalam kelas tersebut harus diberikan
kegiatan-kegiatan yang dapat mereka selesaikan dengan sedikit pengarahan guru. Penelitian
terhadap kegiatan “tindak lanjut ini”, atau pekerjaan dimeja tanpa pengawasan, mengindikasikan
bahwa kualitasnya sering kali buruk, dan jarang diperhatikan secara serius oleh
guru maupun siswa, dan kurang terintegrasi dengan kegiatan membaca lainnya.
Satu fokus utama dari kegiatan-kegiatan CIRC sebagai cerita dasar adalah
membuat penggunaan waktu tindak lanjut menjadi lebih efektif : Para siswa yang
bekerja didalam tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan ini, yang
dikoordinasikan dengan pengajaran kelompok kelompok membaca, supaya dapat
memenuhi tujuan-tujuan dalam bidang-bidang lain seperti pemahaman membaca, kosakata,
pembacaan pesan, dan ejaan. Para siswa termotivasi untuk saling bekerja satu
sama lain dalam kegiatan-kegiatan ini atau rekognisi lainnya yang didasarkan
pada pembelajran seluruh anggota tim.
b)
Membaca
Lisan.
Membaca dengan keras
merupakan bagian yang menjadi standar dari sebagian besar program-program
membaca. Penelitian terhadap membaca lisan
mengindikasikan bahwa ini memberikan pengaruh positif terhadap kemampuan
pembacaan pesan dan pemahaman (Dahl,1979;Samuels,1979), barangkali karena hal ini dapat
meningkatkan kemampuan mereka untuk membaca pesan dengan lebih otomatis dan
oleh sebab itu lebih bias focus pada pemahaman(Laberge dan
Sa-muels,1974;Perfetti,1985). Akan
tetapi dalam kelas-kelas yang diatur secara tradisional para siswa hanya
melakukan sedikit kegiatan membaca lisan.
Sebagai contoh, Thurlow, Groden, Ysseldyke, Algozzine(1984) menemukan bahwa
rata-rata murid kelas dua hanya membaca dengan keras selama Sembilan detik
perhari. Lebih jauh lagi, kebanyakan membaca lisan mengambil
tempat
dalam kelompok membaca, dimana
satu siswa membaca sementara yang lainnya menunggu waktu anggota kelompok kecuali yang
membaca banyak terbuang percuma.
c) Kemampuan memahami bacaan.
Beberapa kajian
deskriptif mengenai pengajaran membca disekolah dasar telah mencatat adanya
sebuah penekanan yang berlebihan pada kemampuan memahami bacaan secara harfiah
daripada kemampuan memahami secara interpretatif dan logis serta tidak adanya pengajaran yang
bersifat eksplisit dalam kemampuan memahami bacaan (Durkin,1978-1979,1981).
Kajian terhadap para pembaca yang baik dan buruk secara konsisten menemukan
bahwa pembaca yang buruk tidak memiliki strategi pemahaman dan kontrol
metakognitif dari tindakan membaca mereka,
dan
minusnya strategi ini memainkan peranan besar dalam masalah pemahaman mereka. Beberapa kajian eksperimental
telah menunjukkan bahwa pengajara eksplisit dalam strategi memahami bacaan dan
proses-proses pemonitoran metakognitif dapat meningkatkan kemampuan pemahaman
siswa, atau setidaknya kemampuan-kemampuan
yang secara khusus diajarakan dalam intervensi tersebut(Brown dan
Palinscar,1982,Hansen,1981;Palinscar dan Brown,1984,Raphael,1980). Sebagai contoh, Palinscar dan Brown (1984)
menemukan bahwa pemahaman dapat dikembangkan dengan mengajari siswa
kemampuan-kemampuan merangkum, mempertanyakan, menjelaskan dan memprediksi.
d)
Menulis
dan Seni Berbahasa.
Penelitian terhadap
pengajaran menulis dan seni berbahasa disekolah dasar telah mengindikasikan
bahwa waktu yang dialokasikan untuk pelajaran ini difokuskan terutama pada
kemampuan mekanika bahasa yang terpisah,dengan hanya sedikit waktu yang
dialokasikan pada pelajaran menulis yang sebenarnya. Akan tetapi dua
kecenderungan parallel yang berhubungan telah menciptakan potensi untuk
dilakukannya perubahan substansial dalam pelajaran menulis dan pengajaran seni
berbahasa disekolah dasar. Yang pertama penelitian dasar telah mengembangkan
pemahaman yang jelas mengenai proses kognitif yang terlibat dalam pelajaran
menulis.Yang kedua, ada
ekspansi yang sangat cepat dalam penggunaan model-model proses pelajaran
menulis, dimana para siswa diajarkan untuk
menggunakan sebuah siklus dalam merencanakan, membuat
konsep dasar, merevisi, menyunting, dan menerbitkan karangan.
5. Unsur-Unsur
Program CIRC
CIRC
terdiri dari tiga unsure penting: kegiatan-kegiatan dasar terkait, pengajaran
langsung pelajaran memahami bacaan, dan seni berbahasa dan menulis terpadu.
Dalam semua kegiatan ini, pasa siswa bekerja dalam tim-tim yang berheterogen.
Semua kegiatan mengikuti siklus regular yang melibatkan presentasi dari guru, latihan tim, latihan independent,
pra penilaian teman, latihan tambahan,
dan
tes.
Sedangkan unsur utama dari CIRC
adalah sebagai berikut:
§
Kelompok
membaca
Dengan
menggunakan kelompok membaca, para siswa
dibagi kedalam kelompok-kelompok yang terdiri dari 2 atau 3 orang berdasarkan
tingkat kemampuan membaca mereka, yang dapat ditentukan oleh guru mereka. Atau
jika tidak, diberikan pengajaan kepada seluruh kelas.
§ TIM
Para
siswa dibagi kedalam pasangan (atau trio) dalam kelompok membaca mereka, dan
selanjutnya pasanganipasangan tersebut dibagi kedalam tim yang terdiri dari
pasangan-pasangan dari 2 kelompok membaca atau tingkat.misalnya, sebuah tim
bias saja terdiri dari dua siswa dari kelompok – kelompok menbaca tingkat
rendah . anggota tim menerima poin berdasarkan kinerja individulisme mereka
pada semua kuis, karangan, dan buku laporan, dan poin-poin inilah yang sebesar
90% pada semua ke: merekan yang memenuhi criteria rata-rata sebesar 80% meraih
gelar tim sangat baik dan menerima sertifikat yang lebih kecil.
§
Kegiatan-kegiatan
yang berhubungan dengan cerita.
Para siswa menggunakan baik bahan bacaan dasar
maupun novel. Cerita diperkenalkan dan didiskusikan dalam kelompok membaca yang
diharapkan guru memakan waktu kurang
lebih 20 menit tiap harinya. Dalam
kelompok-kelompok ini, guru menentukan tujuan dari membaca, memperkenalkan kosa
kata baru, mengulang kembali kosa kata lama, mendiskusikan ceritanya setelah
para siswa selesai membacanya, dan sebagainya. Diskusi mengenai cerita disusun untuk menekankan
kemampuan-kemampuan tertentu seperti membuat dan mendukung prediksi dan
mengidentifikasikan masalah dalam bentuk narasi.
Setelah cerita diperkenalkan, para siswa diberikan
paket crita, yang terdiri atas serangkaian kegiatan untuk dilakukan siswa dalam timnya saat mereka sedang tidak bekerja sama
dengan guru
dalam kelompok membaca.Adapun
Tahap-tahap
kegiatan yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
v Membaca berpasangan.
Para siswa membaca ceritanya dalam hati
dan kemudian secaa bergantian membaca cerita tersebut dengan keras bersama
pasanganya, bergiliran untuk tiap paragrafnya. Si pendengar mengoreksi tiap
kesalahan kepada kinerja siswa dengan caa berkeliling dan mendengarkan saat
para siswa saling membaca satu sama lain.
v
Menulis
cerita yang bersangkutan dan tata bahasa cerita
Para siswa siberikan pertanyaan
(“mencari hartakarun”) yang berkaitan dengan tiap cerita yang menekankan tata
bahasa cerita-stuktur yang digunakan pada semua narasi. Setelah mencapai
setengah dari cerita, mereka diminta untuk menghentikan bacaan dan diminta
untuk mengidentifikasikan karater, latar belakang kejadian, dan masalah dalam
cerita tersebut, dan untuk memprediksi bagaimana masalah tarsebut akan diselesaikan.
Pada akhir cerita para siswa merespon cerita secara keseluruhan dan menulis beberapa
paragraph mengenai topik
yang berkaitan dengan itu (misalnya,
mereka bisa saja diminta menulis akhir cerita yang berbeda untuk cerita
tersebut).
v
Mengucapkan
kata – kata dengan keras
Para
siswa diberikan daftar kata-kata
baru atau sulit yang terdapat dalam cerita, mereka harus belajar membaca kata-kata
ini dengan benar supaya tidak ragu-ragu
atau salah mengucapkannya. para siswa berlatih mengucapkan daftar kata-kata ini bersama pasangannya atau
teman salah satu tim lainnya sampai mereka bisa membacanya dengan lancar .
v Makna kata
Para siswa diberikan
daftar kata – kata dalam cerita yang tergolong baru dalam kosa kata bicara
mereka dan diminta untuk melihat kata – kata
tersebut didalam kamus, menuliskan definisinya dengan cara yang lebih
mudah dipahami, dan menuiskan kalimat yang memperlihatkan makna
kata tersebut (sebagai contoh misalnya, “seekor gurita membelit kaki perenang
itudengan kedelapan kakinya yang panjang “ bisa membuat kalimat“ saya punya
seekor gurita“) .
v
Menceritakan
kembali cerita
Setelah
membaca ceritanya dan mendiskusikannya dalam kelompok membaca mereka, para siswa merangkum poin-poin utama dari cerita tersebut
untuk pasangananya .
v
Ejaan
Para
siswa saling menguji daftar ejaan kata-kata
satu sama lain tiap minggunya, selanjutnya selama kegiatan program minggu
tersebut saling membantu satu sama lain untuk menguasai daftar tersebut. Para
siswa menggunakan strategi “ daftar yang hilang“, dimana mereka membuat daftar
baru dari kata- kata yang hilang tiap kali selesai melakukan penilaian sampai
daftar itu habis. lalu mereka bisa kembali membuat daftar baru, mengisi daftar
tersebut, mengulangi prosesnya sampai tak ada lagi kata-kata yang hilang. pemeriksaan
oleh pasangan. jika para siswa telah menyelesaikan semua kegiatan ini, pasangan
mereka memberikan formulir tugas siswa yang mengindifikasikan bahwa mereka
telah menyelesaikan dan / atau memenuhi kriteria kegiatan terhadap tugas
tersebut. Para siswa diberikan sejumlah kegiatan-kegiatan harian yang
diharapkan bisa diselesaikan, tetapi mereka boleh juga menyelesaikan kegiatan-kegiatan
tersebut lebih awal jika mereka mau, dimana ini memberikan waktu tambahan untuk
membaca secara independen.
§
Tes
Pada
akhir dari tiga periode kelas, para siswa diberikan tes pemahaman terhadap
cerita , diminta untuk menuliskan kalimat-kalimat bermakna untuk tiap kosa
kata, dan dimin diperbolehkan saling membantu. Hasil tes dan evaluasi dari
menulis cerita yang bersangkutan adalah unsur utama dari skor tim tiap
minggunya.
§
Pengajaran
langsung dalam memahami bacaan .
Satu
hari dalam tiap minggu, para siswa menerima pengajaran langsung dalam kemampuan khusus memahami
bacaan, seperti mengidentifikasikan gagasan utama, memahami hubungan
sederhana, dan untuk tujuan ini. setelah menyelesaikan tiap pelajaran, para
siswa melakukan kegiatan memahami bacaan sebagai sebuah tim. Pertama berusaha
meraih kesepakatan terhadap satu rangkaian soal dalam lembara kegiatan dan
kemudian saling menilai satu sama lain, serta mendiskusikan masalah-masalah yang masih tersisa dalam
rangkaian soal yang kedua.
§ Seni berbahasa dan menulis
terintergrasi.
Selama
periode seni berbahasa, guru menggunakan
kurikulum seni berbahasa dan menulis
yang dikembangkan khusus Untuk CIRC. penekanan kurikulun ini adalah pada
proses menulis, dan kemampuan mekanika bahasa diperkenalkan sebagai tambahan
khusus terhadap pelajaran menulis ketimbang sebagai topik yang terpisah .
misalnya para siswa belajar mengenai kata-kata yang menentukan sifat selama
pelajaran menulis paragraph deskriptif, dan tanda baca menggunakan“ bengkel
kerja penulis “dimana para siswa menulis tentang topic cerita yang mereka
pilih, dan juga pelajaran khusus yang diarahkan guru berkaitan dengan kemampuan
semacam menulis paragraph pembanding / kontra, artikel surat kabar, cerita
misteri, dan surat menyurat . pada semua tugas menulis para siswa membuat
konsep karangan setelah berkonsultasi dengan teman satu timnya dan guru
mengenai gagasan – gagasan mereka dan rencana – rencana pengaturan, bekerja
bersama teman satu tim untuk merevisi isi karamgan mereka, dan kemudian saling
menyunting teman yang menekankan pada kebenaran tata bahasa dan mekanika
bahasa. formulir menyuntingan oleh teman ini dimulai dengan sangat sederhana
tetapi akan menjadi sangat kompleks sejalan dengan bertambahnya kemampuan para
siswa. Akhirnya para siswa “ menerbitkan “ karangan akhir mereka dalam buku –
buku tim atau kelas.
§
Membaca
independen dan buku laporan.
Para
siswa diminta untuk membaca buku yang ditukar sesuai dengan pilihan mereka
minimal sekitar dua puluh menit tiap malamnya. Formulir paraf para orang tua
mengidentikasikan bahwa siswa telah membaca selam waktu yang diminta , dan
siswa akan memberikan kontribusi poin kepada timnya bila mereka mengumpulkan
formulr yang telah selesai tiap minggunya. Para siswa juga diminta untuk
menyelesaikan buku laporan secara regular, diman mereka juga mendapat poin tim
untuk tugas ini. Membaca dan buku laporan independen menggantikan semua pekerjaan rumah lainnya lebih cepat,
mereka boleh membaca buku yang bebas mereka pilih.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi dapat di simpulakan bahwa
model pembelajaran CIRC (Cooperative Integrated
Reading and Composition ) merupakan suatu program
komprehensif untuk pengajaran membaca dan menulis pada kelas-kelas tinggi
sekolah dasar dan sekolah menengah pertama (Maden, Stevens, & Slavin,
1986). Yang memiliki
tujuan utama menggunakan
tim-tim kooperatif untuk membantu peserta didik mempelajari
kemampuan memahami
bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas. Dan memiliki tiga unsure penting
yaitu: kegiatan-kegiatan dasar terkait, pengajaran langsung pelajaran memahami
bacaan, dan seni berbahasa dan menulis terpadu. Dalam aktivitas CIRC, siswa
mengikuti urutan intruksi guru, latihan tim, asesmen awal tim, dan kuis. Dalam
kegiatan tim tersebut, siswa diberi penghargaan tim berupa sertifikat
berdasarkan kinerja rata-rata dari semua anggota tim, dan mereka memiliki
kesempatan yang sama untuk berhasil, dan untuk menjamin tanggung jawab
individual yaitu kontribusi siswa kepada timnya.
B. Saran
Saran yang dapat diajukan berdasarkan kesimpulan di atas
adalah:
1.
Dalam
model pembelajaran CIRC, aktivitas guru yang sebagai fasilitator dalam pembelajaran
kooperatif agar lebih jeli dan dapat menyampaikan materi yang akan diajarkan
dengan mengunakan model pembelajaran CIRC harus menarik, sehingga siswa akan
sungguh-sungguh dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar tersebut, dan akan
mencapai hasil belaar yang memuaskan.
2.
Siswa
harus kompak dengan tim mereka masing-masing, sehingga mereka akan
berlomba-lomba antar tim untuk mendapatkan penghargaan tim dari guru mereka.
Daftar
Pustaka
Nur, Mohamad.2005.Pembelajaran Kooperatif.Surabaya:PUSAT
SAINS dan Matematika Sekolah UNESA.
Slavin, Robert E.2005.Cooperative Learning Teori,
Riset, dan Praktik.Bandung:Nusa Media.
Purwanti,Yustina Titik.2010. Meningkatkan Kemampuan Siswa
Menemukan Gagasan Utama melalui Metode Cooperative
Integrated Reading and Composition. Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember
2010.6 Oktober 2012 : 19.00.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar