MODEL PEMBELAJARAN
STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT
DIVISIONS (STAD)
Dosen Pengampu: Aryo Andrie Nugroho,M.Pd
Kata
Pengantar
Puji
syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat Nya sehingga penulisan makalah ini dapat
terselesaikan.
Makalah
ini dibuat untuk memenuhi tugas Inovasi
Pembelajaran Matematika , yang di
dalamnya terdapat konsep – konsep mengenai model pembelajaran Student
Teams-Achiement Division (STAD). Di
samping itu pula, diharapkan pembaca dapat mengerti bahkan menerapkan konsep –
konsep mengenai hal tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran .
Ucapan terima kasih
penyusun tujukan kepada Bapak Aryo Ardi Nugroho selaku dosen pengampu mata kuliah
Inovasi Pembelajaran Matematika karena dengan arahan, bimbingan dan motivasi
beliau, makalah yang berjudul “MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS-ACHIEVMENT DIVISION (STAD)” ini dapat
diselesaikan. Selain itu penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.Walaupun secara konstektual isinya belum
sempurna.Oleh karena itu kritik dan saran yang kostruktif dari pembaca penyusun
harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
Semarang, Desember 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Matematika adalah mata
pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat SD sampai sekolah tingkat menengah.
Sampai saat ini matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit,
membosankan, bahkan menakutkan. Anggapan ini mungkin tidak berlebihan
selainmempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep matematika yang baik
sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat
pemahaman konsep sebelumnya.
Dalam proses belajar
mengajar guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran berikut media
yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan
pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang
erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas
untuk memilih model dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang
disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan.
Sampai saat ini masih
banyak ditemukan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa di dalam mempelajari
matematika. Salah satu kesulitan itu adalah memahami konsep pada pokok bahasan bangun
ruang sisi lengkung. Akibatnya terjadi banyak kesulitan siswa dalam menjawab soal-soal
baik soal-soal ulangan harian, ulangan umum, dan soal-soal UAN yang berhubungan
dengan bangun ruang sisi lengkung.
Menurut H.W. Fowler dalam
Pandoyo (1997:1) matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak,
sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat
sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa. Untuk itu diperlukan model dan
media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi dasar
dan indikator pembelajaran.
Menurut Sobel dan Maletsky
dalam bukunya Mengajar Matematika (2001:1-2) banyak sekali guru matematika yang
menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas, lalu memberi
pelajaran baru, memberi tugas kepada siswa. Pembelajaran seperti di atas yang
rutin dilakukan hampir tiap hari dapat dikategorikan sebagai 3M, yaitu
membosankan, membahayakan dan merusak seluruh minat siswa. Apabila pembelajaran
seperti ini terus dilaksanakan maka kompetensi dasar dan indikator pembelajaran
tidak akan dapat tercapai secara maksimal. Selain itu pemilihan media yang
tepat juga sangat memberikan peranan dalam pembelajaran.
Pendidikan dasar sebagai
jenjang pendidikan pertama dalam sistem sekolah di Indonesia mempunyai tujuan
memberikan kemampuan dasar baca-tulis-hitung, pengetahuan dan keterampilan
dasar lainnya. Pengetahuan dasar dan keterampilan tentang bangun ruang kubus
dan balok beserta unsur-unsurnya yang dipelajari dalam pelajaran matematika
tidak terlepas dari ciri-ciri objek matematika secara khususyaitu abstrak,
berpola pikir deduktif dan konsisten.
Untuk mencapai tujuan
pembelajaran di atas, maka tugas berat ini berada ditangan guru sebagai
pelaksana pendidikan di lapangan. Ada bebarapa tipe pembelajaran kooperatif
yang dikenal saat ini, salah satu diantaranya adalah pembelajaran kooperatif
tipe Student Team Achievement Division (STAD). Dalam pembelajaran kooperatif
tipe STAD, materi pembelajaran dirancang sedemikian rupauntuk pembelajaran
secara kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran,dibuat lembaran
kegiatan yang akan dikerjakan siswa secara bersama-sama, saling membantu dan
berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan/menuntaskan materi atau tugas
yang diberikan kepadanya. Karena pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah
yang paling sederhana dari pembelajaran kooperatif tipe yang laindan tidak
berbeda jauh dengan pembelajaran yang selama ini diterima siswa, makadalam
makalah ini penulis memilih pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berpijak dari
uraian tersebut itulah yang melatar belakangi perlunya dicobakan model pembelajaran
kooperatif tipe STAD, khususnya pada mata pelajaran matematika.
Walaupun model
pembelajaran ini paling sederhana dan mudah diterapkan, model pembelajaran ini
juga banyak kelebihan dan kekurangannya. Oleh karena itu, guru harus peka
menganalisa suasana.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan STAD?
2. Persiapan
apa saja untuk menggunakan STAD?
3. Rancangan
apa saja yang dilakukan?
4. Apakah
peran guru dalam STAD?
5. Apakah
kelebihan dan kelemahan model pembelajaran STAD?
A.
Tujuan Permasalahan
1. Mengetahui
pengertian STAD.
2. Mengetahui
persiapan untuk menggunakan STAD.
3. Mengetahui
rancangan kegiatan.
4. Mengetahui
peranan guru dalam STAD.
5.
Mengetahui kelebihan
dan kelemahan model pembelajaran STAD
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian STAD
Pembelajaran
dengan menggunakan
pembelajaran kooperatife tipe STAD di awali guru menyajikan materi pelajaran,
dilanjutkan dengan siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai
lima anggota. Selanjutnya setelah kegiatan kelompok dilakukan maka setiap siswa
akan mengerjakan kuis/ tes individu. Tetapi dengan mengerjakan kuis, dilakukan
dengan perhitungan skor, yaitu skor perhitungan individu, dan diakhiri dengan
tahap pemberian penghargaan bagi tiap kelompok yang berprestasi didasarkan pada
rata – rata skor perkembangan siswa dalam tiap kelompok.
Metode
STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan dari universitas John
Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan
pembelajaran kooperatife. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan
informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian
verbal atau tertulis.
STAD
digunakan dalam berbagai bidang ilmu, misalnya Matematika, IlmuPengetahuan
Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam dan digunakan dalam berbagai jenjang pendidikan
dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. STAD sangat sesuai untuk
mengajarkan bahan ajar yang tujuannya didefinisikan secara jelas, misalnya
perhitungan dan aplikasi matematika, penggunaan bahasa, geografi dan
ketrampilan menggunakan peta, serta konsep – konsep IPA (Salvin, 2005).
Ide
utama dari yang dimiliki STAD adalah memotivasi siswa untuk mendorong dan untuk
saling membantu di antara siswa dalam menguasai ketrampilan atau pengetahuan
yang disajikan oleh guru. Jika siswa–siswa menginginkan agar team mereka memperoleh penghargaan (reward)
maka mereka harus membantu teman–teman mereka mempelajari bahan yang disajikan
guru. Mereka harus saling mendorong satu sama lain agar belajar dan bekerja
secara sungguh – sungguh dan menjelaskan bahwa belajar dan bekerja secara
sungguh–sungguh dan menjelaskan bahwa belajar adalah suatu hal yang amat
penting (important), bermanfaat (valiable) dan menyenangkan (fun).
Siswa
bekerja bersama setelah guru menyajikan bahan ajar. Mereka dapat bekerja secara
perpasangan dan saling membandingkan jawaban, membahas tipe perbedaan, dan
saling menolong manakah terdapat kesalahan pengertian (misunderstanding).
Mereka dapat membahas strategi atau pendekatan atau pendekatan yang digunakan
dalam menyelesaikan, masalah, atau mereka dapat saling mengajukan soal atau
kuis mengenai materi yang sedang mereka pelajari. Mereka bekerja dengan
teman–teman sekelompok, coba menilai kekuatan dan kelemahan mereka sendiri
sehingga dapat membantu mereka untuk berhasil baik dalam kuis.
STAD
terdiri dari 5 komponen utama :
1.
Penyajian Materi
Pada tahapan penyajian materi, siswa
masih belum berada dalam kelompok–kelompok. Selain dari guru menyampaikan materi
pelajaran yang sudah ia siapkan, guru perlu menyiapkan secara jelas tujuan
pembelajar khusus, memotivasi siswa, menjelaskan kiat–kiat yang perlu mereka
lakukan ketika mereka bekerja atau belajar dalam kelompok, menginformasikan
materi prasyarat dalam kaitan dengan materi
yang akan dipelajari. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan siswa tentang
materi prasyarat dan menyiapkan siswa
untuk mengikuti dan memahami uraian materi pelajaran serta mampu berinteraksi
dan berkomunikasi dalam kelompok.
Penyajian materi pelajaran, ditekankan
pada hal-hal berikut :
a.
Pendahuluan
Di
sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan
menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa
tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.
b.
Pengembangan
Dilakukan
pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di
sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-pertanyaan
diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep
maka dapat beralih kekonsep lain.
c.
Praktek terkendali
Praktek
terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa
mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan
masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu
lama.
2.
Kerja Kelompok
Setelah guru menyampaikan materi
pelajaran, guru akan membentuk kelompok di dalam kelas yang tersusun dari 4
atau 5 siswa yang mewakili heterogenitas kelas yang berdasarkan pada:
a.
Kemampuan akademik
(pandai, sedang dan rendah). Yang didapat dari hasil akademik (skor awal)
sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap
kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang.
b.
Jenis kelamin, latar belakangsosial,
kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.
Fungi utama kelompok adalah menyiapkan
anggotanya agar berhasil menghadapi kuis. Setelah guru mempersentasikan bahan
ajar, tim tersebut berkumpul untuk mempelajari bahan ajar tersebut atau bahan
lain. Ketika siswa mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban,
kerja kelompok yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap
kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama kelompok membuat kesalahan.
Kerja kelompok tersebut merupakan ciri
terpenting STAD. Pada setiap saat, penekanan diberikan pada anggota kelompok
agar melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, dan pada kelompok sendiri agar
melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Kelompok tersebut menyediakan
dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti
pada pembelajaran, dan kelompok yang menunjukkan saling peduli dan hormat. Hal
itulah yang memiliki pengaruh berarti pada hasil–hasil belajar, seperti
hubungan antar kelompok, harga diri, dan penerimaan terhadap kebanyakan siswa.
3.
Kuis
Kuis yaitu tes secara individual untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai mengenai materi yang
telah dibahas. Pada penelitian ini tes individual diadakan pada akhir pertemuan
kedua dan ketiga, masing–masing selama 10 menit agar siswa dapat menunjukkan
apa yang telah dipelajari secara individu selama kerja dalam kelompok. Skor
perolehan individu ini didapat dan diarsipkan, yang akan digunakan pada
perhitungan perolehan skor kelompok.
4.
Skor Perbaikan
Individual
Dihitung berdasarkan skor awal, dalam
penilaian ini didasarkan pada nilai evaluasi hasil belajar semester 1.
Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk
memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang
diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa
terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Adapun
perhitungan skor perkembangan individu pada penelitian ini diambil dari penskoran
perkembangan individu yang dikemukakan Slavin (1995) seperti terlihat pada
tabel berikut:
Pedoman Pemberian Skor Perkembangan
individu
Skor Tes
|
Skor Perkembangan
Individu
|
a. Lebih
dari 10 poin di bawah skor awal
|
5
|
b. 10
hingga 1 poin di bawah skor awal
|
10
|
c. Skor
awal sampai 10 poin di atasnya
|
20
|
d. Lebih
dari 10 poin di atas skor awal
|
30
|
e. Nilai
sempurna ( tidak berdasarkan skor awal )
|
30
|
Perhitungan skor kelompok dilakukan
dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya
dibagi sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan
berdasarkan perolehan skor rata–rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik,
kelompok hebat dan kelompok super.
5.
Penghargaan Kelompok
Kelompok dapat memperoleh sertifikat
atau penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melampaui kriteria
tertentu. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan
terhadap kelompok adalah sebagai berikut:
a.
Kelompok dengan skor
rata-rata 15, sebagai kelompok baik
b.
Kelompok dengan skor
rata-rata 20, sebagai kelompok hebat
c.
Kelompok dengan skor
rata-rata 25, sebagai kelompok super
Bentuk penghargaan bgi kelompok yang
berprestasi dapat dipilih sendiri oleh guru. Hal ini dipandang sebagai suatu
upaya untuk mendorong siswa untuk tetap giat dalam upaya meningkatkan prestasi
belajar mereka secara kelompok, misalnya kelompok dengan skor tertinggi akan dimunculkan dalam suatu kolom
prestasi siswa di majalah dinding mingguan sekolah, atau dalam newsletter atau
jurnal sekolah.
2.1
Persiapan untuk Menggunakan STAD
1.
Bahan Ajar
STAD dapat diterapkan dengan menggunakan
bahan ajar yang khusus dirancang untuk pembelajaran tim siswa yang telah
dikembangkan oleh pusat penelitian dan pengembangan, lembaga, proyek atau bahan
ajar buatan guru.
Sementara itu, sebenarnya tidak terlalu
sulit untuk membuat bahan ajar buatan guru sendiri. Buat saja sebuah LKS, kunci
LKS, dan kuis untuk tiap unit atau kompetensi dasar yang direncanakan untuk
diajarkan. Setiap unit memerlukan tiga sampai lima pertemuan.
2.
Penempatan Siswa dalam
Kelompok
Sebuah kelompok dalam STAD merupakan
sebuah kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili heteroginitas
kelas ditinjau dari kinerja yang lalu, suku, dan jenis kelamin. Tim empat orang
yang terdiri dari dua orang laki-laki, dua orang perempuan, yang memiliki
seorang anggota berkinerja tinggi, dan dua orang berkinerja rata-rata. Bila
dimungkinkan, tiga orang berasal dari suku mayoritas, satu orang berasal dari
suku minoritas dikelas tersebut. Sudah barang tentu, “kinerja tingggi” dalam
arti relatif yang berarti tinggi
dibandingkan tim siswa lain di kelas tersebut.
Siswa ditempatkan ke dalam tim oleh
guru, bukan oleh siswa yang memilih anggotanya sendiri, karena siswa akan
cenderung memilih anggota yang memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri. Guru
dapat mempertimbangkan juga perasaan suka dan tidak suka di antara sesama siswa
dalam penyusunan tim, namun jangan mengijinkan siswa memilih timnya sendiri.
Langkah-langkah
penyusunan tim berikut ini:
a.
Buat Salinan Format
Lembar Ikhtisar Tim
Sebelum
guru mulai menempatkan siswa ke dalam tim, ia perlu menyiapkan sebuah format
lembar ikhtisar tim untuk tiap empat atau lima siswa di dalam kelasnya.
b.
Merangkai Siswa
Pada
selembar kertas, rangkinglah kinerja siswa yang lalu didalam kelas mulailah
dari yang tertinggi sampai yang terendah. Gunakan informasi apa pun yang
tersedia untuk melakukan perangkingan ini : skor tes adalah terbaik, nilai
adalah baik, dan pendapat guru sendiri juga baik. Dalam melakukan perangkingan
ini tidak perlu terlampau kaku, namun lakukan yang terbaik.
c.
Menetapkan Jumlah
Anggota Tim
Setiap
tim seharusnya memiliki 4 anggota bila mungkin. Untuk menetapkan berapa banyak
tim dikelas tersebut, bagilah jumlah siswa di dalam kelas itu dengan empat,
hasil baginya merupakan jumlah tim beranggotakan empat di kelas itu.
d.
Menempatkan Siswa ke
dalam Tim
Pada
saat Anda sedang menempatkan siswa kedalam tim, seimbangkan tim–tim tersebut
sedemikian rupa sehingga
i.
Setiap tim tersusun
dari yang tingkat kinerjanya yang memiliki rentang mulai dari rendah ke rata–rata
sampai tinggi
ii.
Tingkat kinerja rata–rata
dari seluruh tim di dalam kelas tersebut kurang lebih sama
Untuk
menempatkan siswa ke dalam tim, gunakan daftar siswa yang dirangking menurut
kinerjanya. Beri huruf–huruf tim pada setiap siswa. Sebagai misal, dalam sebuah kelas delapan tim
bisa dipakai huruf A sampai H. Mulailah dari yang atas tabel dengan huruf “A” ,
kemudian memberi tanda huruf menuju ke tengah. Apabila telah sampai pada huruf
terakhir, lanjutkan memberi tanda huruf
dalam urutan terbaik. Misalnya, apabila anda memberikan huruf A-H
(seperti gambar di bawah), siswa kedelapan dan kesembilan akan dimasukkan ke
tim H, siswa kesepuluh akan di masukkan ke tim G, berikutnya tim F, dan
seterusnya. Apabila sudah sampai lagi kehuruf “A”, berhenti dan ulangi proses
tersebut dari bawah ke atas, mulai lagi dan berakhir dengan huruf “A”.
Kriteria
|
Urutan Rangking
|
Nama tim
|
Siswa dengan hasil
belajar tinggi
|
1
2
3
4
5
6
7
8
|
A
B
C
D
E
F
G
H
|
Siswa dengan hasil
belajar rata – rata
|
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
|
H
G
F
E
D
C
B
A
A
B
C
D
E
F
G
H
|
Siswa dengan hasil
belajar terrendah
|
27
28
29
30
31
32
33
34
|
H
G
F
E
D
C
B
A
|
Perhatikan
bahwa 2 orang siswa (17 dan 18) pada gambar di atas sampai langkah ini belum
ditempatkan. Mereka akan ditambahkan ke dalam tim sebagai anggota ke lima,
namun sebelumnya tim yang akan ditambahi anggotanya itu perlu dicek
keseimbangan jenis kelamin atau suku. Sebagai misal, bila seperempat dari kelas
tersebut wanita, maka kurang lebih seorang siswa pada setiap tim seharusnya
wanita. Apabila tim yang telah anda susun berdasarkan rangking kinerja tidak
terbagi habis, baik menurut suku maupun jenis kelamin, seharusnya bisa mengubah
susunan tim dengan mempertukarkan siswa yang memiliki tingkat kinerja yang kurang
lebih sama, namun berbeda suku atau jenis kelamin diantara tim–tim tersebut,
sehingga tercapai suatu keseimbangan.
e.
Mengisi Format Lembar
Ikhtisar Tim
Setelah
menyeleksi penempatan seluruh siswa kedalam tim, isikan nama siswa kesetiap tim
pada Format Lembar Ikhtisar Tim, “nama tim” dibiarkan kosong.
3.
Penentuan Skor Dasar
Awal
Skor dasar mewakili skor rata–rata siswa
pada kuis yang lalu. Apabila memulai STAD setelah memberikan tiga kuis atau
lebih, gunakan skor kuis rata–rata sebagai skor dasar. Apabila tidak memiliki
skor kuis seperti itu, gunakan nilai final siswa dari tahun yang lalu.
MENGHITUNG
RATA–RATA TIGA SKOR TES
Untuk
menentukan suatu skor dasar baru, hitunglah rata–rata skor kuis atau tes
seorang siswa.
Contoh
: Misalkan menghitung skor Toni. Tiga skor quisnya adalah 79, 82, dan 85.
Oleh karena itu skor dasarnya sama dengan rata–rata dari tiga skor tersebut :
(
79 + 82 + 85 ) : 3 = 82
|
2.3
Rancangan Kegiatan
STAD
terdiri dari suatu siklus kegiatan pengajaran tetap seperti berikut :
·
MENGAJAR –
mempersentasikan pelajaran.
·
BELAJAR TIM – siswa
bekerja pada bahan ajar atau LKS dalam tim mereka untuk menentukan materi tersebut.
·
KUIS – siswa dikenai
kuis individu.
·
PENGHARGAAN TIM – skor
tim dihitung berdasarkan skor perbaikan anggota tim, dan sebagai penghargaan,
tim yang mendapatkan skor tinggi mendapat sertifikat individual atau
dicantumkan dalam papan buletin.
Kegiatan–kegiatan
belajar di atas dideskripsikan secara rinci sebagai berikut :
1.
Mengajar
Waktu
: 1 – 2 jam pelajaran
Ide
Utama : Mempersentasikan Pelajaran
Bahan
yang dibutuhkan : Rencana pelajaran
Tiap pelajaran pada STAD selalui dimulai
dengan presentasi kelas. Persentasi kelas itu seharusnya meliputi pendahuluan,
inti yang dapat berisi komponen presentasi bahan dan latihan terbimbing dari
keseluruhan pelajaran, sedang kegiatan tim dan kuis mencakup latihan bebas dan
asesmen.
a.
Pendahuluan
Katakan
pada siswa apa yang akan dipelajarinya dan mengapa hal itu penting. Bangkitkan
keingin tahuan siswa dengan sebuah demonstrasi yang mengundang pertanyaan,
masalah kehidupan sehari–hari yang nyata, atau dengan cara–cara yang lain
secara singkat bahas ulang setiap ketrampilan atau informasi prasyarat.
b.
Prestasi
Upayakan
tidak menyimpang dari tujuan yang akan diujikan. Fokus pada makna, bukan pada
hafalan. Secara aktif demonstrasikan konsep–konsep atau ketrampilan–ketrampilan,
dengan menggunakan alat bantu visual, manipulatif, dan banyak contoh.
·
Sering–sering mengases
pemahaman siswa dengan mengajukan banyak pertanyaan.
·
Selalu menjelaskan
mengapa sebuah jawaban itu benar atau salah, kecuali jawaban itu sudah jelas.
·
Berpindah secara cepat
begitu siswa telah menangkap ide–ide utama tersebut.
·
Pertahankan momentum
dengan cara tidak melakukan intrupsi, mengajukan banyak pertanyaan, dan
berpindah secara cepat ketika mengajar.
c.
Latihan Terbimbing
Mintalah
seluruh siswa mengerjakan soal atau contoh–contoh soal atau membahas jawaban atas
pertanyaan–pertanyaan yang ada, kemudian menunjuk anggota tim secara acak untuk
menyajikan kesepakatan jawaban tim mereka.
2. Belajar
Tim
Waktu
: 1 – 2 jam pelajaran
Ide
Utama : siswa mengerjakan LKS dalam timnya
Bahan
yang dibutuhkan : dua LKS untuk setiap tim dua kunci LKS untuk setiap tim
Siswa memiliki LKS dan kunci LKS yang
dapat mereka gunakan untuk mengases dirinya sendiri dan teman sesama tim. Hanya
dua salinan LKS dan Kunci LKS diberikan kepada setiap tim, untuk memaksa teman
sesama tim bekerja sama, namun jika beberapa siswa lebih suka bekerja sendiri
dan meminta salinan untuk diri sendiri, guru dapat menyediakan LKS cadangan.
Banyak guru yang suka melibatkan siswa
dalam kegiatan latihan bekerja dalam tim sebelum memulai kerja tim, sementara
yang lain langsung mulai.
Pada hari pertama kerja tim dalam STAD,
guru harus menjelasakan kepada siswa apa arti bekerja dalam tim. Khususnya,
bahas peran–peran tim berikut ini :
a.
Siswa memiliki tanggung
jawab untuk memastikan bahwa teman sesama timnya telah belajar bahan ajar
tersebut.
b.
Tidak seorang siswa pun
selesai belajar sebelum seluruh teman sesama tim menuntaskan bahan ajar
tersebut.
c.
Bertanya dulu kepada
semua teman sesama tim sebelum bertanya kepada guru.
d.
Sesama tim boleh saling
bicara asal dengan suara pelan.
Presentasikan dan diskusikan aturan–aturan
tim tersebut sebelum memulai kerja tim. Siswa dapat didorong untuk menambah
aturan–aturan tambahan apabila mereka menghendakinya. Kemudian lanjutkan dengan
pengenalan kerja tim seperti berikut.
a.
Mintalah tim untuk
bersama–sama mengatur meja mereka atau pindah kemeja tim yang tersedia.
b.
Berikan tim waktu
sekitar sepuluh menit untuk memilih nama tim. Bila ada tim yang tidak dapat
menyepakati sebuah nama pada waktu itu dapat memilihnya kemudian.
c.
Bagikan LKS dan kunci
LKS ( dua untuk setiap tim ) dengan tertib. Katakan kepada siswa untuk bekerja
secara berpasangan atau bertiga. Apabila ada soal (seperti dalam matematika
atau sains). Setiap siswa dalam sebuah pasangan atau yang bertiga harus
mengerjakan soal itu secara individual, baru kemudian mengecek pada mitranya.
Apabila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan soal, teman satu timnya
bertanggung jawab untuk menjelaskan soal tersebut. Apabila siswa mengerjakan
soal–soal jawaban singkat, mereka dapat saling tanya jawab dengan mitra yang
bergantian memegang kunci jawaban atau berusaha menjawab pertanyaan – pertanya
itu sendiri.
Pastikan bahwa siswa telah memahami LKS
tersebut untuk belajar, tidak sekedar mengisi jawaban dan mengumpulkannya.
Pemahaman ini merupakan hal yang penting bagi siswa mengapa perlu kunci jawaban
untuk memeriksa jawaban mereka sendiri dan teman satu timnya pada saat mereka
belajar. Mintalah siswa saling menjelaskan jawaban itu satu sama lainnya, bukan
hanya sekedar mencocokan jawaban dengan kunci jawaban tersebut. Ingatlah siswa
bahwa jika meraka memiliki pertanyaan, meraka harus bertanya lebih dulu kepada
seluruh anggota sesama tim sebelum bertanya kepada guru. Sementara siswa yang
sedang bekerja dalam tim, diharap kan guru berkeliling ke seluruh penjuru
kelas, memberikan pujian kepada tim yang bekerja dengan baik, duduk bersama tim
untuk mendengar bagaimana mereka berdiskusi, dan sebagainya.
3.
Kuis
Waktu
: 1 – 1 ½ jam pelajaran
Ide
utama : kuis individual
Bahan
yang diperlukan : satu kuis setiap siswa
Bari kuis dan beri siswa cukup waktu
untuk menyelesaikannya. Jangan memperbolehkan siswa bekerja pada saat kuis. Pada
saat kuis ini siswa harus menunjukkan bahwa mereka telah belajar secara individual.
Mintalah siswa menggeser meja–meja mereka agar saling berjauhan bola hal ini
dimungkinkan.
Jangan perbolehkan siswa bertukar lembar
jawaban dengan anggota tim lain, atau mengumpulkan pekerjaan teman.
4.
Penghargaan Tim
Ide utama : memperoleh skor perbaikan
individual dan skor tim, dan memberikan sertifikat atab penghargaan tim.
Sesegera mungkin setelah setiap kuis
terlaksana, guru seharusnya mengumumkan skor perbaikan individual dan skor tim,
dan menghadiahi sertifikat atau penghargaan tim lain kepada tim yang memperoleh
skor tinggi. Apabila mungkin, pengumuman skor tim tersebut dilakukan pada jam
pelajaran pertama setelah kuis tersebut. Bagi siswa ini akan memperjelas hubungan
antara bekerja dengan baik dan menerima penghargaan, dan hal ini akan meninglkatan
motivasi meraka untik berbuat yang terbaik.
Poin perbaikan. Siswa mendapat poin
untuk tim mereka berdasarkan seberapa besar kuis meraka melampui skor dasar
mereka, dan poin itu dihitung dengan cara seperti berikut.
KRITERIA
POIN PERBAIKAN
Memperoleh
nilai sempurna tidak memandang berapapun skor dasar
|
30
poin perbaikan
|
Lebih
dari sepuluh poin dari skor dasar
|
30
poin perbaikan
|
Skor
dasar sampai sepuluh poin di atas skor dasar
|
20
poin perbaikan
|
Sepuluh
poin dibawah sampai satu poin di bawah skor dasar
|
10
poin perbaikan
|
Lebih
dari sepuluh pon di bawah skor perbaikan
|
5
poin dasar
|
Sebelum mulai menghitung poin perbaikan,
anda membutuhkan sebuah formal lembar skor kuis. Menghitung poin perbaikan sama
sekali tidak sulit, dan apabila sudah terbiasa menggunakannya, perhitungan itu
dapat diselesaikan dalam beberapa menit. Maksud skor dasar dan poin perbaikan
adalah untuk memungkinkan seluruh siswa memberikan poin maksimum kepada tim
meraka, berapa pun tingkat kinerja meraka yang lalu. Siswa memahami bahwa cara
ini adalah adil jarena kinerja tiap siswa dibandingkan dengan tingkat
kinerjanya sendiri yang lalu. Cara ini diambil mengingat seluruh siswa masuk
kelas dengan tingkat keterampilan dan pengalaman yang berbeda.
Masukin poin yang telah Anda hitung pada
setiap kuis siswa dengan cara berikut : misalkan, skor Dasar Sara = 90 ; Skor
kuis Sara = 100; poin perbaikan Sara = 30. Masukan poin perbaikan tersebut pada
Lembar Ikhtisar Tim.
Skor Tim. Intuk menhitung skor tim,
masukkan setiap poin siswa pada Lembar Ikhtisar Tim yang sesuia, jumlahkan poin
tersebut, dan bagi dengan jumlah anggota tim, bulatkan untung menghilangkan
pecahan. Perhatikan bahwa skor tim lebih ditentukan oleh skor perbaikan
daripada skor kuis mentah.
Siswa
|
Tanggal: 23 Mei 2003
|
Tanggal :
|
Tanggal:
|
|||||||
Kuis: penjumlahan dua
pecahan
|
Kuis :
|
Kuis:
|
||||||||
|
skor dasar
|
skor kuis
|
skor perbaikan
|
skor dasar
|
skor kuis
|
skor perbaikan
|
skor dasar
|
skor kuis
|
skor perbaikan
|
|
Sara
|
90
|
100
|
30
|
|
|
|
|
|
|
|
Tomi
|
90
|
100
|
30
|
|
|
|
|
|
|
|
Untung
|
90
|
82
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
Dani
|
85
|
74
|
0
|
|
|
|
|
|
|
|
Dana
|
85
|
74
|
0
|
|
|
|
|
|
|
|
Edi
|
85
|
98
|
30
|
|
|
|
|
|
|
|
Nani
|
85
|
82
|
10
|
|
|
|
|
|
|
|
Totok
|
80
|
67
|
0
|
|
|
|
|
|
|
|
Tomas
|
80
|
91
|
30
|
|
|
|
|
|
|
|
Erman
|
75
|
79
|
20
|
|
|
|
|
|
|
|
Andi
|
75
|
76
|
20
|
|
|
|
|
|
|
|
Maria
|
70
|
91
|
30
|
|
|
|
|
|
|
|
Santo
|
65
|
82
|
30
|
|
|
|
|
|
|
|
Amat
|
65
|
70
|
20
|
|
|
|
|
|
|
|
Karni
|
60
|
62
|
20
|
|
|
|
|
|
|
|
Hari
|
55
|
46
|
10
|
|
|
|
|
|
|
NAMA TIME : Empat Sekawan
ANGGOTA
TIM
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
11
|
12
|
Sara
|
30
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Edi
|
30
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Erman
|
20
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Karni
|
20
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
SKOR TIM TOTAL
|
100
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
*RATA - RATA TIM
|
25
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
PENGHARGAAN TIM
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Kriteria
untuk penghargaan. Ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan berdasarkan skor
tim rata – rata. Ketiga tingkat itu adalah :
HASIL KELOMPOK
|
KRITERIA
|
|
Kelompok dengan skor rata-rata 1515
|
kelompok baik BAIK
|
|
Kelompok
dengan skor rata-rata 20
|
kelompok
hebat HEBAT
|
|
Kelompok
dengan skor rata-rata 30
|
kelompok super PER
|
Perhatikan
bahwa seluruh tim dapat memperoleh pengharggan tersebut didalam sebuah kelas
dapat terjadi lebih dari satu tim mendapatkan TIM SUPER atau TIM HEBAT asal
kriteria diatas terpenuhi. Artinya tim–tim tersebut tidak saling berkompetisi.
Kriteria
di atas dibuat sedemikian rupa sehingga untuk mendapatka n tim hebat, sebagian
besar siswa mendapatkan skor di atas skor dasar meraka, dan untuk mendapatkan
tim super , sebagian besar anggota tim paling sedikit mendapatkan sepuluh poin
di atas skor dsar mereka. Bila perlu kriteria ini dapat diubah.
Guru
seharusnya mempersiapkan sejenis penghargaan atau hadiah untuk tim yang
mencapai tingkat “ tim hebat “ atau “ tim super “. Sertifikat menarik untuk
setiap anggota tim dapat disiapkan, misalnya ukuran besar untuk super tim dan
lebih kecil untuk tim hebat. Tim baik dapat diberikan sekedar ucapat selamat di
kelas. Banyak guru mempersiapkan papan buletin untuk memajang dasar tim super
dan tim hebat mingguan. Guru lain menyiapkan selebaran satu–halaman (
newsletter ), memberi siswa lencana atau pin untuk dipakai, perlakuan simpatik,
atau bentuk apapun yang sesuai sebagai penghargaan atau hadiah. Gunakan
imajinasi dan kreativitas Anda, dan adakan varisai hadiah dari satu waktu ke
waktu; yang lebih penting lagi guru menunjukan kegembiraan atas hasil belajar
siswa tersebut daripada memberi hadiah besar. Siswa – siswa SMA amat peduli terhadap nilai, guru dapat
memberi anggota tim super bonus sampai lima poin dan anggota tim hebat sampai
tiga poin ( pada suatu skala 100 poin ), meskipun cara ini bisa menimbulkan
protes dari siswa yang hasil belajarnya tinggi.
2.4
Peranan Guru dalam Alam Pembelajaran
Ada
beberapa
persiapan yang perlu dilakukan guru untuk menunjukan terselenggaranya
pembelajaran kooperatif tipe STAD secara baik, misalnya:
1.
Memanfaatkan materi
persyaratan, motivasi siswa dan
menjelaskan kiat atau aturan main bagaimana siswa bekerja dalam
kelompok.
2.
Lembar kegiatan siswa
yang berupa tugas untuk kelompok.
3.
Lembar kegiatan untuk
tugas individu.
4.
Lembar observasi untuk
perolehan skor individu dan kelompok.
5.
Pembentukan kelompok dilakukan
dengan mula–mula menentukan rank untuk setiap siswa dan selanjutnya ditetapkan
4 kelompok utama, yaitu 1 kelompok siswa berkemampuan tinggi, 2 kelompok siswa
berkemampuan sedang, dan satu kelompok siswa berkemampuan rendah. Dari keempat
kelompok utama ini guru kemudian membentuk kelompok–kelompok kecil terdiri dari
4 sampai 5 siswa. Anggota–anggota untuk tiap kelompok kecil ini dipilih dari
empat kelompok besar. Misalnya, untuk kelompok A, satu anggota berasal dari
kelompok utama tinggi, dua anggota berasal dari kelompok utama sedang, dan satu
anggota lain berasal dari kelompok rendah.
6.
Guru siap berperan
sebagai motivator dan fasilitator, sehingga perlu memonitor kegiatan siswa
dalam bekerja di kelompok mereka.
Untuk
membantu guru melaksanakan STAD dengan baik, diperlukan enam panduan enam panduan yang
harus dilakukan guru dalam mengajar dan menata konten–konten penting sebagai
berikut :
1.
Secara singkat
mengulangi materi dan ketrampilan prasyarat
2.
Pilihan dan berikan
penekanan pada konten dan ketrampilan yang relevan dengan tujuan yang ingin
dicapai siswa setelah pembelajaran
3.
Sering memeriksa
pemahaman siswa dan hanya jrang menghafal
4.
Siapkan contoh dan
modal yang jelas sementara memerikasa pemahaman siswa tentang apa dan mengapa
contoh – contoh tertentu diberikan yang relevan dengan tujuan yang ingin
dicapai
5.
Minta siswa untuk
mengemukakan alasan – alasan terhadap jawaban mereka.
6.
Memperhatikan momentum
belajar dengan mengeliminasi interupsu dan secara lancar meneruskan penyajian
atau demonstrasi.
2.5
Kelebihan dan Kekurangan
Suatu
strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula dengan
pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa
keunggulan (Slavin, 2005:17) diantaranya sebagai berikut:
1.
Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi
norma-norma kelompok.
2.
Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil
bersama.
3.
Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan
keberhasilan kelompok.
4.
Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka
dalam berpendapat.
Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga
memiliki kekurangan-kekurangan, menurut Dess (1991:411) diantaranya sebagai
berikut:
1.
Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit
mencapai target kurikulum.
2.
Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya
guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
3.
Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat
melakukan pembelajaran kooperatif.
4.
Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja
sama.
BAB III
PENUTUP
3.1
SIMPULAN
1.
Metode STAD
dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins.
Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan
pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan
informasi akademik baru pada siswa setiap minggu baik melalui penyajian verbal
maupun tertulis.
2.
Komponen utama metode
STAD :
a.
Penyajian materi.
b.
Kerja kelompok.
c.
Kuis.
d.
Skor perbaikan
individu.
e.
Penghargaan kelompok.
3.
Persiapan untuk
menggunakan metode STAD :
a.
Bahan ajar.
b.
Penempatan siswa dalam
kelompok.
c.
Penentuan skor dasar
awal.
4.
Jadwal kegiatan dalam
menerapkan metode STAD :
a.
Mengajar.
b.
Belajar tim.
c.
Kuis.
d.
Penghargaan tim.
3.2
SARAN
3.2.1.1
Metode STAD merupakan
metode pembelajaran yang paling sederhana tetapi belum tentu metode yang paling
tepat untuk menyampaikan suatu materi dalam kegiatan belajar mengajar.
3.2.1.2
Karena matematika
merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak sehingga dituntut kemampuan guru
untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan
mental siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Adesoji,Francis A.Ibraheem,Tunde
L.2009.EFFECTS OF STUDENTS
TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS STRATEGY AND MATHEMATIC KNOWLEDGE ON LEARNING OUT
COMES IN CHEMICAL KINETICS.Uluslararasi Sosyal Arastirmalar Dergisi The
Journal Of International Social Research Volume 2/6.
Harnawita.2008.PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STAD DAN MOTIVASI BERPRESTASI
TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MURID KELAS IV SEKOLAH DASAR.Pakar
pendidikan Vol.6,No.1.27-40
Irhamna, Mega.Sutrisni.2009.Cooperative Learning denagn Model STAD pada
Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP Negeri 2 Delitua.Jurnal Penelitian
Kependidikan, Tahun 19, Nomor 2.
Isjoni.2010.PEMBELAJARAN KOOPERATIF MENINGKATKAN KECERDASAN KOMUNIKASI ANTAR
PESERTA DIDIK.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Isjoni
dan Moh Arif Ismail. 2007. Pembelajaran
Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marwanto,dkk.2009.MATEMATIKA SMA Kelas X.Jakarta:Yudhistira.
Nur Muhammad.2005.PEMBELAJARAN KOOPERATIF.Surabaya:Pusat
Sains dan Matematika Sekolah UNESA.
Pujiati, Irma.2008.PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETUNTASAN BELAJAR
MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.Jurnal Ilmiah
Kependidikan, Vol.1.No.1.
Slavin,E Robert.2005.COOPERATIVE LEARNING TEORI, RISET DAN
PRAKTIK.Bandung:Nusa Media.
Sugiyanto. 2009.
Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Mata Padi Presindo.
Zakaria,Effandi.Chung,Lu.Daud,Yusoff.2010.The Effects of Cooperative Learning on
Students’ Mathematics Achievement and Attitude towards Mathematics.Malaysia:Department
of Methodology and Educational Practice, Faculty Education, University
Kebangsaan Malaysia.272-275.