Jumat, 15 Februari 2013

STAD


MODEL PEMBELAJARAN
STUDENT TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Dosen Pengampu: Aryo Andrie Nugroho,M.Pd
Kata Pengantar
            Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT  yang telah melimpahkan rahmat Nya sehingga penulisan makalah ini dapat terselesaikan.
            Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas  Inovasi Pembelajaran Matematika  , yang di dalamnya terdapat konsep – konsep mengenai model pembelajaran Student Teams-Achiement  Division (STAD). Di samping itu pula, diharapkan pembaca dapat mengerti bahkan menerapkan konsep – konsep mengenai hal tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran .
Ucapan terima kasih penyusun tujukan kepada Bapak Aryo Ardi Nugroho selaku dosen pengampu mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika karena dengan arahan, bimbingan dan motivasi beliau, makalah yang berjudul “MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS-ACHIEVMENT DIVISION (STAD)” ini dapat diselesaikan. Selain itu penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.Walaupun secara konstektual isinya belum sempurna.Oleh karena itu kritik dan saran yang kostruktif dari pembaca penyusun harapkan demi kesempurnaan penulisan makalah selanjutnya.
                                                      
Semarang,  Desember 2012


            Penyusun




BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang Masalah
Matematika adalah mata pelajaran yang diajarkan mulai dari tingkat SD sampai sekolah tingkat menengah. Sampai saat ini matematika masih dianggap mata pelajaran yang sulit, membosankan, bahkan menakutkan. Anggapan ini mungkin tidak berlebihan selainmempunyai sifat yang abstrak, pemahaman konsep matematika yang baik sangatlah penting karena untuk memahami konsep yang baru diperlukan prasarat pemahaman konsep sebelumnya.
Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk memilih model pembelajaran berikut media yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar di kelas terdapat keterkaitan yang erat antara guru, siswa, kurikulum, sarana dan prasarana. Guru mempunyai tugas untuk memilih model dan media pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan.
Sampai saat ini masih banyak ditemukan kesulitan-kesulitan yang dialami siswa di dalam mempelajari matematika. Salah satu kesulitan itu adalah memahami konsep pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung. Akibatnya terjadi banyak kesulitan siswa dalam menjawab soal-soal baik soal-soal ulangan harian, ulangan umum, dan soal-soal UAN yang berhubungan dengan bangun ruang sisi lengkung.
Menurut H.W. Fowler dalam Pandoyo (1997:1) matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak, sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa. Untuk itu diperlukan model dan media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai kompetensi dasar dan indikator pembelajaran.
Menurut Sobel dan Maletsky dalam bukunya Mengajar Matematika (2001:1-2) banyak sekali guru matematika yang menggunakan waktu pelajaran dengan kegiatan membahas tugas-tugas, lalu memberi pelajaran baru, memberi tugas kepada siswa. Pembelajaran seperti di atas yang rutin dilakukan hampir tiap hari dapat dikategorikan sebagai 3M, yaitu membosankan, membahayakan dan merusak seluruh minat siswa. Apabila pembelajaran seperti ini terus dilaksanakan maka kompetensi dasar dan indikator pembelajaran tidak akan dapat tercapai secara maksimal. Selain itu pemilihan media yang tepat juga sangat memberikan peranan dalam pembelajaran.
Pendidikan dasar sebagai jenjang pendidikan pertama dalam sistem sekolah di Indonesia mempunyai tujuan memberikan kemampuan dasar baca-tulis-hitung, pengetahuan dan keterampilan dasar lainnya. Pengetahuan dasar dan keterampilan tentang bangun ruang kubus dan balok beserta unsur-unsurnya yang dipelajari dalam pelajaran matematika tidak terlepas dari ciri-ciri objek matematika secara khususyaitu abstrak, berpola pikir deduktif dan konsisten.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran di atas, maka tugas berat ini berada ditangan guru sebagai pelaksana pendidikan di lapangan. Ada bebarapa tipe pembelajaran kooperatif yang dikenal saat ini, salah satu diantaranya adalah pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi pembelajaran dirancang sedemikian rupauntuk pembelajaran secara kelompok. Sebelum menyajikan materi pembelajaran,dibuat lembaran kegiatan yang akan dikerjakan siswa secara bersama-sama, saling membantu dan berdiskusi dalam kelompok untuk menyelesaikan/menuntaskan materi atau tugas yang diberikan kepadanya. Karena pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah yang paling sederhana dari pembelajaran kooperatif tipe yang laindan tidak berbeda jauh dengan pembelajaran yang selama ini diterima siswa, makadalam makalah ini penulis memilih pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berpijak dari uraian tersebut itulah yang melatar belakangi perlunya dicobakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, khususnya pada mata pelajaran matematika.
Walaupun model pembelajaran ini paling sederhana dan mudah diterapkan, model pembelajaran ini juga banyak kelebihan dan kekurangannya. Oleh karena itu, guru harus peka menganalisa suasana.





1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan STAD?
2.      Persiapan apa saja untuk menggunakan STAD?
3.      Rancangan apa saja yang dilakukan?
4.      Apakah peran guru dalam STAD?
5.      Apakah kelebihan dan kelemahan model pembelajaran STAD?


A.      Tujuan Permasalahan
1.      Mengetahui pengertian STAD.
2.      Mengetahui persiapan untuk menggunakan STAD.
3.      Mengetahui rancangan kegiatan.
4.      Mengetahui peranan guru dalam STAD.
5.      Mengetahui kelebihan dan kelemahan model pembelajaran STAD






BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian STAD
                 Pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kooperatife tipe STAD di awali guru menyajikan materi pelajaran, dilanjutkan dengan siswa bekerja dalam kelompok yang terdiri dari empat sampai lima anggota. Selanjutnya setelah kegiatan kelompok dilakukan maka setiap siswa akan mengerjakan kuis/ tes individu. Tetapi dengan mengerjakan kuis, dilakukan dengan perhitungan skor, yaitu skor perhitungan individu, dan diakhiri dengan tahap pemberian penghargaan bagi tiap kelompok yang berprestasi didasarkan pada rata – rata skor perkembangan siswa dalam tiap kelompok.
Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan dari universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatife. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penyajian verbal atau tertulis.
STAD digunakan dalam berbagai bidang ilmu, misalnya Matematika, IlmuPengetahuan Sosial, Ilmu Pengetahuan Alam dan digunakan dalam berbagai jenjang pendidikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. STAD sangat sesuai untuk mengajarkan bahan ajar yang tujuannya didefinisikan secara jelas, misalnya perhitungan dan aplikasi matematika, penggunaan bahasa, geografi dan ketrampilan menggunakan peta, serta konsep – konsep IPA (Salvin, 2005).
Ide utama dari yang dimiliki STAD adalah memotivasi siswa untuk mendorong dan untuk saling membantu di antara siswa dalam menguasai ketrampilan atau pengetahuan yang disajikan oleh guru. Jika siswa–siswa menginginkan agar  team mereka memperoleh penghargaan (reward) maka mereka harus membantu teman–teman mereka mempelajari bahan yang disajikan guru. Mereka harus saling mendorong satu sama lain agar belajar dan bekerja secara sungguh – sungguh dan menjelaskan bahwa belajar dan bekerja secara sungguh–sungguh dan menjelaskan bahwa belajar adalah suatu hal yang amat penting (important), bermanfaat (valiable) dan menyenangkan (fun).
Siswa bekerja bersama setelah guru menyajikan bahan ajar. Mereka dapat bekerja secara perpasangan dan saling membandingkan jawaban, membahas tipe perbedaan, dan saling menolong manakah terdapat kesalahan pengertian (misunderstanding). Mereka dapat membahas strategi atau pendekatan atau pendekatan yang digunakan dalam menyelesaikan, masalah, atau mereka dapat saling mengajukan soal atau kuis mengenai materi yang sedang mereka pelajari. Mereka bekerja dengan teman–teman sekelompok, coba menilai kekuatan dan kelemahan mereka sendiri sehingga dapat membantu mereka untuk berhasil baik dalam kuis.
STAD terdiri dari 5 komponen utama :
1.         Penyajian Materi
Pada tahapan penyajian materi, siswa masih belum berada dalam kelompok–kelompok. Selain dari guru menyampaikan materi pelajaran yang sudah ia siapkan, guru perlu menyiapkan secara jelas tujuan pembelajar khusus, memotivasi siswa, menjelaskan kiat–kiat yang perlu mereka lakukan ketika mereka bekerja atau belajar dalam kelompok, menginformasikan materi prasyarat dalam kaitan dengan materi  yang akan dipelajari. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan siswa tentang materi  prasyarat dan menyiapkan siswa untuk mengikuti dan memahami uraian materi pelajaran serta mampu berinteraksi dan berkomunikasi dalam kelompok.
Penyajian materi pelajaran, ditekankan pada hal-hal berikut :
a.         Pendahuluan
Di sini perlu ditekankan apa yang akan dipelajari siswa dalam kelompok dan menginformasikan hal yang penting untuk memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konsep yang akan mereka pelajari.
b.        Pengembangan
Dilakukan pengembangan materi yang sesuai yang akan dipelajari siswa dalam kelompok. Di sini siswa belajar untuk memahami makna bukan hafalan. Pertanyaan-pertanyaan diberikan penjelasan tentang benar atau salah. Jika siswa telah memahami konsep maka dapat beralih kekonsep lain.

c.         Praktek terkendali
Praktek terkendali dilakukan dalam menyajikan materi dengan cara menyuruh siswa mengerjakan soal, memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan masalah agar siswa selalu siap dan dalam memberikan tugas jangan menyita waktu lama.
2.         Kerja Kelompok
Setelah guru menyampaikan materi pelajaran, guru akan membentuk kelompok di dalam kelas yang tersusun dari 4 atau 5 siswa yang mewakili heterogenitas kelas yang berdasarkan pada:
a.         Kemampuan akademik (pandai, sedang dan rendah). Yang didapat dari hasil akademik (skor awal) sebelumnya. Perlu diingat pembagian itu harus diseimbangkan sehingga setiap kelompok terdiri dari siswa dengan siswa dengan tingkat prestasi seimbang.
b.         Jenis kelamin, latar belakangsosial, kesenangan bawaan/sifat (pendiam dan aktif), dll.
Fungi utama kelompok adalah menyiapkan anggotanya agar berhasil menghadapi kuis. Setelah guru mempersentasikan bahan ajar, tim tersebut berkumpul untuk mempelajari bahan ajar tersebut atau bahan lain. Ketika siswa mendiskusikan masalah bersama dan membandingkan jawaban, kerja kelompok yang paling sering dilakukan adalah membetulkan setiap kekeliruan atau miskonsepsi apabila teman sesama kelompok membuat kesalahan.
Kerja kelompok tersebut merupakan ciri terpenting STAD. Pada setiap saat, penekanan diberikan pada anggota kelompok agar melakukan yang terbaik untuk kelompoknya, dan pada kelompok sendiri agar melakukan yang terbaik untuk membantu anggotanya. Kelompok tersebut menyediakan dukungan teman sebaya untuk kinerja akademik yang memiliki pengaruh berarti pada pembelajaran, dan kelompok yang menunjukkan saling peduli dan hormat. Hal itulah yang memiliki pengaruh berarti pada hasil–hasil belajar, seperti hubungan antar kelompok, harga diri, dan penerimaan terhadap kebanyakan siswa.



3.         Kuis
Kuis yaitu tes secara individual untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai mengenai materi yang telah dibahas. Pada penelitian ini tes individual diadakan pada akhir pertemuan kedua dan ketiga, masing–masing selama 10 menit agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama kerja dalam kelompok. Skor perolehan individu ini didapat dan diarsipkan, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.
4.         Skor Perbaikan Individual
Dihitung berdasarkan skor awal, dalam penilaian ini didasarkan pada nilai evaluasi hasil belajar semester 1. Berdasarkan skor awal setiap siswa memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompoknya berdasarkan skor tes yang diperolehnya. Perhitungan perkembangan skor individu dimaksudkan agar siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya. Adapun perhitungan skor perkembangan individu pada penelitian ini diambil dari penskoran perkembangan individu yang dikemukakan Slavin (1995) seperti terlihat pada tabel berikut:
Pedoman Pemberian Skor Perkembangan individu
Skor Tes
Skor Perkembangan Individu
a.       Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5
b.      10 hingga 1 poin di bawah skor awal
10
c.       Skor awal sampai 10 poin di atasnya
20
d.      Lebih dari 10 poin di atas skor awal
30
e.       Nilai sempurna ( tidak berdasarkan skor awal )
30

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi sesuai dengan jumlah anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata–rata yang dikategorikan menjadi kelompok baik, kelompok hebat dan kelompok super.


5.         Penghargaan Kelompok
Kelompok dapat memperoleh sertifikat atau penghargaan lain apabila skor rata-rata mereka melampaui kriteria tertentu. Adapun kriteria yang digunakan untuk menentukan pemberian penghargaan terhadap kelompok adalah sebagai berikut:
a.         Kelompok dengan skor rata-rata 15, sebagai kelompok baik
b.        Kelompok dengan skor rata-rata 20, sebagai kelompok hebat
c.         Kelompok dengan skor rata-rata 25, sebagai kelompok super
Bentuk penghargaan bgi kelompok yang berprestasi dapat dipilih sendiri oleh guru. Hal ini dipandang sebagai suatu upaya untuk mendorong siswa untuk tetap giat dalam upaya meningkatkan prestasi belajar mereka secara kelompok, misalnya kelompok dengan skor  tertinggi akan dimunculkan dalam suatu kolom prestasi siswa di majalah dinding mingguan sekolah, atau dalam newsletter atau jurnal sekolah.
2.1 Persiapan untuk Menggunakan STAD
1.         Bahan Ajar
STAD dapat diterapkan dengan menggunakan bahan ajar yang khusus dirancang untuk pembelajaran tim siswa yang telah dikembangkan oleh pusat penelitian dan pengembangan, lembaga, proyek atau bahan ajar buatan guru.
Sementara itu, sebenarnya tidak terlalu sulit untuk membuat bahan ajar buatan guru sendiri. Buat saja sebuah LKS, kunci LKS, dan kuis untuk tiap unit atau kompetensi dasar yang direncanakan untuk diajarkan. Setiap unit memerlukan tiga sampai lima pertemuan.
2.         Penempatan Siswa dalam Kelompok
Sebuah kelompok dalam STAD merupakan sebuah kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili heteroginitas kelas ditinjau dari kinerja yang lalu, suku, dan jenis kelamin. Tim empat orang yang terdiri dari dua orang laki-laki, dua orang perempuan, yang memiliki seorang anggota berkinerja tinggi, dan dua orang berkinerja rata-rata. Bila dimungkinkan, tiga orang berasal dari suku mayoritas, satu orang berasal dari suku minoritas dikelas tersebut. Sudah barang tentu, “kinerja tingggi” dalam arti relatif  yang berarti tinggi dibandingkan tim siswa lain di kelas tersebut.
Siswa ditempatkan ke dalam tim oleh guru, bukan oleh siswa yang memilih anggotanya sendiri, karena siswa akan cenderung memilih anggota yang memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri. Guru dapat mempertimbangkan juga perasaan suka dan tidak suka di antara sesama siswa dalam penyusunan tim, namun jangan mengijinkan siswa memilih timnya sendiri.
Langkah-langkah penyusunan tim berikut ini:
a.         Buat Salinan Format Lembar Ikhtisar Tim
Sebelum guru mulai menempatkan siswa ke dalam tim, ia perlu menyiapkan sebuah format lembar ikhtisar tim untuk tiap empat atau lima siswa di dalam kelasnya.
b.        Merangkai Siswa
Pada selembar kertas, rangkinglah kinerja siswa yang lalu didalam kelas mulailah dari yang tertinggi sampai yang terendah. Gunakan informasi apa pun yang tersedia untuk melakukan perangkingan ini : skor tes adalah terbaik, nilai adalah baik, dan pendapat guru sendiri juga baik. Dalam melakukan perangkingan ini tidak perlu terlampau kaku, namun lakukan yang terbaik.
c.         Menetapkan Jumlah Anggota Tim
Setiap tim seharusnya memiliki 4 anggota bila mungkin. Untuk menetapkan berapa banyak tim dikelas tersebut, bagilah jumlah siswa di dalam kelas itu dengan empat, hasil baginya merupakan jumlah tim beranggotakan empat di kelas itu.
d.        Menempatkan Siswa ke dalam Tim
Pada saat Anda sedang menempatkan siswa kedalam tim, seimbangkan tim–tim tersebut sedemikian rupa sehingga
                                            i.         Setiap tim tersusun dari yang tingkat kinerjanya yang memiliki rentang mulai dari rendah ke rata–rata sampai tinggi
                                          ii.         Tingkat kinerja rata–rata dari seluruh tim di dalam kelas tersebut kurang lebih sama
Untuk menempatkan siswa ke dalam tim, gunakan daftar siswa yang dirangking menurut kinerjanya. Beri huruf–huruf tim pada setiap siswa.  Sebagai misal, dalam sebuah kelas delapan tim bisa dipakai huruf A sampai H. Mulailah dari yang atas tabel dengan huruf “A” , kemudian memberi tanda huruf menuju ke tengah. Apabila telah sampai pada huruf terakhir, lanjutkan memberi tanda huruf  dalam urutan terbaik. Misalnya, apabila anda memberikan huruf A-H (seperti gambar di bawah), siswa kedelapan dan kesembilan akan dimasukkan ke tim H, siswa kesepuluh akan di masukkan ke tim G, berikutnya tim F, dan seterusnya. Apabila sudah sampai lagi kehuruf “A”, berhenti dan ulangi proses tersebut dari bawah ke atas, mulai lagi dan berakhir dengan huruf “A”.

Kriteria
Urutan Rangking
Nama tim
Siswa dengan hasil belajar tinggi
              1
2
3
4
5
6
7
8
A
B
C
D
E
F
G
H
Siswa dengan hasil belajar rata – rata
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
H
G
F
E
D
C
B
A


A
B
C
D
E
F
G
H
Siswa dengan hasil belajar terrendah
27
28
29
30
31
32
33
34
H
G
F
E
D
C
B
A

Perhatikan bahwa 2 orang siswa (17 dan 18) pada gambar di atas sampai langkah ini belum ditempatkan. Mereka akan ditambahkan ke dalam tim sebagai anggota ke lima, namun sebelumnya tim yang akan ditambahi anggotanya itu perlu dicek keseimbangan jenis kelamin atau suku. Sebagai misal, bila seperempat dari kelas tersebut wanita, maka kurang lebih seorang siswa pada setiap tim seharusnya wanita. Apabila tim yang telah anda susun berdasarkan rangking kinerja tidak terbagi habis, baik menurut suku maupun jenis kelamin, seharusnya bisa mengubah susunan tim dengan mempertukarkan siswa yang memiliki tingkat kinerja yang kurang lebih sama, namun berbeda suku atau jenis kelamin diantara tim–tim tersebut, sehingga tercapai suatu keseimbangan.
e.         Mengisi Format Lembar Ikhtisar Tim
Setelah menyeleksi penempatan seluruh siswa kedalam tim, isikan nama siswa kesetiap tim pada Format Lembar Ikhtisar Tim, “nama tim” dibiarkan kosong.
3.         Penentuan Skor Dasar Awal
Skor dasar mewakili skor rata–rata siswa pada kuis yang lalu. Apabila memulai STAD setelah memberikan tiga kuis atau lebih, gunakan skor kuis rata–rata sebagai skor dasar. Apabila tidak memiliki skor kuis seperti itu, gunakan nilai final siswa dari tahun yang lalu.





MENGHITUNG RATA–RATA TIGA SKOR TES

Untuk menentukan suatu skor dasar baru, hitunglah rata–rata skor kuis atau tes seorang siswa.
Contoh : Misalkan menghitung skor Toni. Tiga skor quisnya adalah 79, 82, dan 85. Oleh karena itu skor dasarnya sama dengan rata–rata dari tiga skor tersebut :
( 79 + 82 + 85 ) : 3 = 82

2.3 Rancangan Kegiatan
STAD terdiri dari suatu siklus kegiatan pengajaran tetap seperti berikut :
·           MENGAJAR – mempersentasikan pelajaran.
·           BELAJAR TIM – siswa bekerja pada bahan ajar atau LKS dalam tim mereka untuk menentukan materi tersebut.
·           KUIS – siswa dikenai kuis individu.
·           PENGHARGAAN TIM – skor tim dihitung berdasarkan skor perbaikan anggota tim, dan sebagai penghargaan, tim yang mendapatkan skor tinggi mendapat sertifikat individual atau dicantumkan dalam papan buletin.

Kegiatan–kegiatan belajar di atas dideskripsikan secara rinci sebagai berikut :
1.         Mengajar
Waktu                             : 1 – 2 jam pelajaran
Ide Utama                       : Mempersentasikan Pelajaran
Bahan yang dibutuhkan : Rencana pelajaran
Tiap pelajaran pada STAD selalui dimulai dengan presentasi kelas. Persentasi kelas itu seharusnya meliputi pendahuluan, inti yang dapat berisi komponen presentasi bahan dan latihan terbimbing dari keseluruhan pelajaran, sedang kegiatan tim dan kuis mencakup latihan bebas dan asesmen.

a.         Pendahuluan
Katakan pada siswa apa yang akan dipelajarinya dan mengapa hal itu penting. Bangkitkan keingin tahuan siswa dengan sebuah demonstrasi yang mengundang pertanyaan, masalah kehidupan sehari–hari yang nyata, atau dengan cara–cara yang lain secara singkat bahas ulang setiap ketrampilan atau  informasi prasyarat.
b.        Prestasi
Upayakan tidak menyimpang dari tujuan yang akan diujikan. Fokus pada makna, bukan pada hafalan. Secara aktif demonstrasikan konsep–konsep atau ketrampilan–ketrampilan, dengan menggunakan alat bantu visual, manipulatif, dan banyak contoh.
·           Sering–sering mengases pemahaman siswa dengan mengajukan banyak pertanyaan.
·           Selalu menjelaskan mengapa sebuah jawaban itu benar atau salah, kecuali jawaban itu sudah jelas.
·           Berpindah secara cepat begitu siswa telah menangkap ide–ide utama tersebut.
·           Pertahankan momentum dengan cara tidak melakukan intrupsi, mengajukan banyak pertanyaan, dan berpindah secara cepat ketika mengajar.
c.         Latihan Terbimbing
Mintalah seluruh siswa mengerjakan soal atau contoh–contoh soal atau membahas jawaban atas pertanyaan–pertanyaan yang ada, kemudian menunjuk anggota tim secara acak untuk menyajikan kesepakatan jawaban tim mereka.
2.      Belajar Tim
Waktu                            : 1 – 2 jam pelajaran
Ide Utama                      : siswa mengerjakan LKS dalam timnya
Bahan yang dibutuhkan : dua LKS untuk setiap tim dua kunci LKS untuk setiap tim
Siswa memiliki LKS dan kunci LKS yang dapat mereka gunakan untuk mengases dirinya sendiri dan teman sesama tim. Hanya dua salinan LKS dan Kunci LKS diberikan kepada setiap tim, untuk memaksa teman sesama tim bekerja sama, namun jika beberapa siswa lebih suka bekerja sendiri dan meminta salinan untuk diri sendiri, guru dapat menyediakan LKS cadangan.
Banyak guru yang suka melibatkan siswa dalam kegiatan latihan bekerja dalam tim sebelum memulai kerja tim, sementara yang lain langsung mulai.
Pada hari pertama kerja tim dalam STAD, guru harus menjelasakan kepada siswa apa arti bekerja dalam tim. Khususnya, bahas peran–peran tim berikut ini :
a.         Siswa memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa teman sesama timnya telah belajar bahan ajar tersebut.
b.        Tidak seorang siswa pun selesai belajar sebelum seluruh teman sesama tim menuntaskan bahan ajar tersebut.
c.         Bertanya dulu kepada semua teman sesama tim sebelum bertanya kepada guru.
d.        Sesama tim boleh saling bicara asal dengan suara pelan.
Presentasikan dan diskusikan aturan–aturan tim tersebut sebelum memulai kerja tim. Siswa dapat didorong untuk menambah aturan–aturan tambahan apabila mereka menghendakinya. Kemudian lanjutkan dengan pengenalan kerja tim seperti berikut.
a.         Mintalah tim untuk bersama–sama mengatur meja mereka atau pindah kemeja tim yang tersedia.
b.        Berikan tim waktu sekitar sepuluh menit untuk memilih nama tim. Bila ada tim yang tidak dapat menyepakati sebuah nama pada waktu itu dapat memilihnya kemudian.
c.         Bagikan LKS dan kunci LKS ( dua untuk setiap tim ) dengan tertib. Katakan kepada siswa untuk bekerja secara berpasangan atau bertiga. Apabila ada soal (seperti dalam matematika atau sains). Setiap siswa dalam sebuah pasangan atau yang bertiga harus mengerjakan soal itu secara individual, baru kemudian mengecek pada mitranya. Apabila ada siswa yang tidak dapat mengerjakan soal, teman satu timnya bertanggung jawab untuk menjelaskan soal tersebut. Apabila siswa mengerjakan soal–soal jawaban singkat, mereka dapat saling tanya jawab dengan mitra yang bergantian memegang kunci jawaban atau berusaha menjawab pertanyaan – pertanya itu sendiri.
Pastikan bahwa siswa telah memahami LKS tersebut untuk belajar, tidak sekedar mengisi jawaban dan mengumpulkannya. Pemahaman ini merupakan hal yang penting bagi siswa mengapa perlu kunci jawaban untuk memeriksa jawaban mereka sendiri dan teman satu timnya pada saat mereka belajar. Mintalah siswa saling menjelaskan jawaban itu satu sama lainnya, bukan hanya sekedar mencocokan jawaban dengan kunci jawaban tersebut. Ingatlah siswa bahwa jika meraka memiliki pertanyaan, meraka harus bertanya lebih dulu kepada seluruh anggota sesama tim sebelum bertanya kepada guru. Sementara siswa yang sedang bekerja dalam tim, diharap kan guru berkeliling ke seluruh penjuru kelas, memberikan pujian kepada tim yang bekerja dengan baik, duduk bersama tim untuk mendengar bagaimana mereka berdiskusi, dan sebagainya.
3.         Kuis
Waktu                            : 1 – 1 ½ jam pelajaran
Ide utama                       : kuis individual
Bahan yang diperlukan : satu kuis setiap siswa
Bari kuis dan beri siswa cukup waktu untuk menyelesaikannya. Jangan memperbolehkan siswa bekerja pada saat kuis. Pada saat kuis ini siswa harus menunjukkan bahwa mereka telah belajar secara individual. Mintalah siswa menggeser meja–meja mereka agar saling berjauhan bola hal ini dimungkinkan.
Jangan perbolehkan siswa bertukar lembar jawaban dengan anggota tim lain, atau mengumpulkan pekerjaan teman.
4.         Penghargaan Tim
Ide utama : memperoleh skor perbaikan individual dan skor tim, dan memberikan sertifikat atab penghargaan tim.
Sesegera mungkin setelah setiap kuis terlaksana, guru seharusnya mengumumkan skor perbaikan individual dan skor tim, dan menghadiahi sertifikat atau penghargaan tim lain kepada tim yang memperoleh skor tinggi. Apabila mungkin, pengumuman skor tim tersebut dilakukan pada jam pelajaran pertama setelah kuis tersebut. Bagi siswa ini akan memperjelas hubungan antara bekerja dengan baik dan menerima penghargaan, dan hal ini akan meninglkatan motivasi meraka untik berbuat yang terbaik.
Poin perbaikan. Siswa mendapat poin untuk tim mereka berdasarkan seberapa besar kuis meraka melampui skor dasar mereka, dan poin itu dihitung dengan cara seperti berikut.
KRITERIA POIN PERBAIKAN
Memperoleh nilai sempurna tidak memandang berapapun skor dasar
30 poin perbaikan
Lebih dari sepuluh poin dari skor dasar
30 poin perbaikan
Skor dasar sampai sepuluh poin di atas skor dasar
20 poin perbaikan
Sepuluh poin dibawah sampai satu poin di bawah skor dasar
10 poin perbaikan
Lebih dari sepuluh pon di bawah skor perbaikan
5 poin dasar

Sebelum mulai menghitung poin perbaikan, anda membutuhkan sebuah formal lembar skor kuis. Menghitung poin perbaikan sama sekali tidak sulit, dan apabila sudah terbiasa menggunakannya, perhitungan itu dapat diselesaikan dalam beberapa menit. Maksud skor dasar dan poin perbaikan adalah untuk memungkinkan seluruh siswa memberikan poin maksimum kepada tim meraka, berapa pun tingkat kinerja meraka yang lalu. Siswa memahami bahwa cara ini adalah adil jarena kinerja tiap siswa dibandingkan dengan tingkat kinerjanya sendiri yang lalu. Cara ini diambil mengingat seluruh siswa masuk kelas dengan tingkat keterampilan dan pengalaman yang berbeda.
Masukin poin yang telah Anda hitung pada setiap kuis siswa dengan cara berikut : misalkan, skor Dasar Sara = 90 ; Skor kuis Sara = 100; poin perbaikan Sara = 30. Masukan poin perbaikan tersebut pada Lembar Ikhtisar Tim.
Skor Tim. Intuk menhitung skor tim, masukkan setiap poin siswa pada Lembar Ikhtisar Tim yang sesuia, jumlahkan poin tersebut, dan bagi dengan jumlah anggota tim, bulatkan untung menghilangkan pecahan. Perhatikan bahwa skor tim lebih ditentukan oleh skor perbaikan daripada skor kuis mentah.

Siswa
Tanggal: 23 Mei 2003 
Tanggal : 
 Tanggal:
 Kuis: penjumlahan dua pecahan
Kuis : 
 Kuis:

skor dasar
skor kuis
skor perbaikan
skor dasar
skor kuis
skor perbaikan
skor dasar
skor kuis
skor perbaikan
Sara
 90
 100
30 






Tomi
 90
 100
 30






Untung
 90
 82
 10






Dani
 85
 74
 0






Dana
 85
 74
 0






Edi
 85
 98
 30






Nani
 85
 82
 10






Totok
 80
 67
 0






Tomas
 80
 91
 30






Erman
 75
 79
 20






Andi
 75
 76
 20






Maria
 70
 91
 30






Santo
 65
 82
 30






Amat
 65
 70
 20






Karni
 60
 62
 20






Hari
 55
 46
 10







NAMA TIME : Empat Sekawan
ANGGOTA
TIM
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Sara
 30











Edi
 30











Erman
 20











Karni
 20











SKOR TIM TOTAL
 100











*RATA - RATA TIM
 25











PENGHARGAAN TIM













Kriteria untuk penghargaan. Ada tiga tingkat penghargaan yang diberikan berdasarkan skor tim rata – rata. Ketiga tingkat itu adalah :



HASIL KELOMPOK
KRITERIA
   Kelompok dengan skor rata-rata 1515
  kelompok baik BAIK
Kelompok dengan skor rata-rata 20
    kelompok hebat HEBAT
Kelompok dengan skor rata-rata 30
kelompok super PER

Perhatikan bahwa seluruh tim dapat memperoleh pengharggan tersebut didalam sebuah kelas dapat terjadi lebih dari satu tim mendapatkan TIM SUPER atau TIM HEBAT asal kriteria diatas terpenuhi. Artinya tim–tim tersebut tidak saling berkompetisi.
Kriteria di atas dibuat sedemikian rupa sehingga untuk mendapatka n tim hebat, sebagian besar siswa mendapatkan skor di atas skor dasar meraka, dan untuk mendapatkan tim super , sebagian besar anggota tim paling sedikit mendapatkan sepuluh poin di atas skor dsar mereka. Bila perlu kriteria ini dapat diubah.
Guru seharusnya mempersiapkan sejenis penghargaan atau hadiah untuk tim yang mencapai tingkat “ tim hebat “ atau “ tim super “. Sertifikat menarik untuk setiap anggota tim dapat disiapkan, misalnya ukuran besar untuk super tim dan lebih kecil untuk tim hebat. Tim baik dapat diberikan sekedar ucapat selamat di kelas. Banyak guru mempersiapkan papan buletin untuk memajang dasar tim super dan tim hebat mingguan. Guru lain menyiapkan selebaran satu–halaman ( newsletter ), memberi siswa lencana atau pin untuk dipakai, perlakuan simpatik, atau bentuk apapun yang sesuai sebagai penghargaan atau hadiah. Gunakan imajinasi dan kreativitas Anda, dan adakan varisai hadiah dari satu waktu ke waktu; yang lebih penting lagi guru menunjukan kegembiraan atas hasil belajar siswa tersebut daripada memberi hadiah besar. Siswa – siswa  SMA amat peduli terhadap nilai, guru dapat memberi anggota tim super bonus sampai lima poin dan anggota tim hebat sampai tiga poin ( pada suatu skala 100 poin ), meskipun cara ini bisa menimbulkan protes dari siswa yang hasil belajarnya tinggi.



2.4 Peranan Guru dalam Alam Pembelajaran
Ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan guru untuk menunjukan terselenggaranya pembelajaran kooperatif tipe STAD secara baik, misalnya:
1.         Memanfaatkan materi persyaratan, motivasi siswa dan  menjelaskan kiat atau aturan main bagaimana siswa bekerja dalam kelompok.
2.         Lembar kegiatan siswa yang berupa tugas untuk kelompok.
3.         Lembar kegiatan untuk tugas individu.
4.         Lembar observasi untuk perolehan skor individu dan kelompok.
5.         Pembentukan kelompok dilakukan dengan mula–mula menentukan rank untuk setiap siswa dan selanjutnya ditetapkan 4 kelompok utama, yaitu 1 kelompok siswa berkemampuan tinggi, 2 kelompok siswa berkemampuan sedang, dan satu kelompok siswa berkemampuan rendah. Dari keempat kelompok utama ini guru kemudian membentuk kelompok–kelompok kecil terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Anggota–anggota untuk tiap kelompok kecil ini dipilih dari empat kelompok besar. Misalnya, untuk kelompok A, satu anggota berasal dari kelompok utama tinggi, dua anggota berasal dari kelompok utama sedang, dan satu anggota lain berasal dari kelompok rendah.
6.         Guru siap berperan sebagai motivator dan fasilitator, sehingga perlu memonitor kegiatan siswa dalam bekerja di kelompok mereka.
Untuk membantu guru melaksanakan STAD dengan baik, diperlukan enam panduan enam panduan yang harus dilakukan guru dalam mengajar dan menata konten–konten penting sebagai berikut :
1.         Secara singkat mengulangi materi dan ketrampilan prasyarat
2.         Pilihan dan berikan penekanan pada konten dan ketrampilan yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai siswa setelah pembelajaran
3.         Sering memeriksa pemahaman siswa dan hanya jrang menghafal
4.         Siapkan contoh dan modal yang jelas sementara memerikasa pemahaman siswa tentang apa dan mengapa contoh – contoh tertentu diberikan yang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai
5.         Minta siswa untuk mengemukakan alasan – alasan terhadap jawaban mereka.
6.         Memperhatikan momentum belajar dengan mengeliminasi interupsu dan secara lancar meneruskan penyajian atau demonstrasi.
2.5 Kelebihan dan Kekurangan
Suatu strategi pambelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan (Slavin, 2005:17) diantaranya sebagai berikut:
1.         Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok.
2.         Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama.
3.         Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
4.         Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat.
Selain keunggulan tersebut pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memiliki kekurangan-kekurangan, menurut Dess (1991:411) diantaranya sebagai berikut:
1.         Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mencapai target kurikulum.
2.         Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.
3.         Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.
4.         Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.









BAB III
PENUTUP
3.1  SIMPULAN
1.         Metode STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan-kawan dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Para guru menggunakan metode STAD untuk mengajarkan informasi akademik baru pada siswa setiap minggu baik melalui penyajian verbal maupun tertulis.
2.         Komponen utama metode STAD :
a.         Penyajian materi.
b.        Kerja kelompok.
c.         Kuis.
d.        Skor perbaikan individu.
e.         Penghargaan kelompok.
3.         Persiapan untuk menggunakan metode STAD :
a.         Bahan ajar.
b.        Penempatan siswa dalam kelompok.
c.         Penentuan skor dasar awal.
4.         Jadwal kegiatan dalam menerapkan metode STAD :
a.         Mengajar.
b.        Belajar tim.
c.         Kuis.
d.        Penghargaan tim.
3.2  SARAN
3.2.1.1            Metode STAD merupakan metode pembelajaran yang paling sederhana tetapi belum tentu metode yang paling tepat untuk menyampaikan suatu materi dalam kegiatan belajar mengajar.
3.2.1.2            Karena matematika merupakan mata pelajaran yang bersifat abstrak sehingga dituntut kemampuan guru untuk dapat mengupayakan metode yang tepat sesuai dengan tingkat perkembangan mental siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Adesoji,Francis A.Ibraheem,Tunde L.2009.EFFECTS OF STUDENTS TEAMS-ACHIEVEMENT DIVISIONS STRATEGY AND MATHEMATIC KNOWLEDGE ON LEARNING OUT COMES IN CHEMICAL KINETICS.Uluslararasi Sosyal Arastirmalar Dergisi The Journal Of International Social Research Volume 2/6.
Harnawita.2008.PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STAD DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA MURID KELAS IV SEKOLAH DASAR.Pakar pendidikan Vol.6,No.1.27-40
Irhamna, Mega.Sutrisni.2009.Cooperative Learning denagn Model STAD pada Pembelajaran Matematika Kelas VII SMP Negeri 2 Delitua.Jurnal Penelitian Kependidikan, Tahun 19, Nomor 2.
Isjoni.2010.PEMBELAJARAN KOOPERATIF MENINGKATKAN KECERDASAN KOMUNIKASI ANTAR PESERTA DIDIK.Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Isjoni dan Moh Arif Ismail. 2007. Pembelajaran Visioner Perpaduan Indonesia-Malaysia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marwanto,dkk.2009.MATEMATIKA SMA Kelas X.Jakarta:Yudhistira.
Nur Muhammad.2005.PEMBELAJARAN KOOPERATIF.Surabaya:Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.
Pujiati, Irma.2008.PENINGKATAN MOTIVASI DAN KETUNTASAN BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol.1.No.1.
Slavin,E Robert.2005.COOPERATIVE LEARNING TEORI, RISET DAN PRAKTIK.Bandung:Nusa Media.




Sugiyanto. 2009. Model-model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Mata Padi Presindo.
Zakaria,Effandi.Chung,Lu.Daud,Yusoff.2010.The Effects of Cooperative Learning on Students’ Mathematics Achievement and Attitude towards Mathematics.Malaysia:Department of Methodology and Educational Practice, Faculty Education, University Kebangsaan Malaysia.272-275.